That Girl is Waiting

Rabu, 28 Maret 2012

Malam, fellas. Hari yang melelahkan untuk beberapa minggu yang lumayan berat. Akhir-akhir ini, insomnia saya semakin parah. Gak parah-parah amat sih, cuma proses bangun tidurnya itu yang parah. Plus, mengingat saya lagi dalam edisi home alone, sepertinya rumah akan menjadi tempat kedua setelah kampus. Well, yeah.

Saya menunggu. Menunggu apa? Jujur sejujur-jujurnya seperti kacang polong, ada sebuah tanya besar yang selalu hinggap di benak saya beberapa hari terakhir ini. Memandangi foto-foto pernikahan beberapa teman dan yahh senior kampus, sedikit mencubit hati saya. Aduh. Saya sudah 20, akan menjadi 21 di tahun ini--kalau Tuhan masih mengizinkan saya hidup. I haven't fallen in love before. Never feel how relationship could grow into a very deep bond, and et cetera. Yah, gitu deh intinya. Sebagian besar hidup saya hanya untuk proses edukasi dan pencarian keterampilan duniawi dan akhirat. Sejak kecil pun, saya tidak pernah jauh sama ayah, ibu dan kakak saya, sehingga mengecap bagaimana sih monkey love itu tak pernah terpikirkan.

Idealnya, saya adalah personifikasi dari bentuk kehidupan yang hanya bergerak di tempat. Kasihan deh lu! Weks.

Karenanya, saya selalu mencurahkan kegelisahan saya akan kekurangan absurd ini melalui soc net dan komik. Nevermind cause probably--maybe--one day, I'll have one. Sayangnya, saya selalu diam di tempat. Hm.

Tidak mengapa. Satu jodoh untuk seumur hidup mungkin hadiah yang akan Tuhan berikan kepada saya. Amin Ya Rabb.

Kenapa saya harus mengkhawatirkan masalah ini, fellas? Nah. Bukan masalah umur saya yang udah kepala dua. Maybe yes, maybe no. Tapi, terkadang saya selalu bertanya dan terus bertanya pada diri saya sendiri. Saya tahu saya sangat banyak kekurangan dan bukan lah tipe gadis yang gampang menebar pesona dan senyum. Saya bagai benda entah-apa-itu namanya yang selalu terkurung dalam batok kelapa. Ngek. Preet. LOL

Lalu, saya juga belum dewasa sama sekali. Masih kekanakan, masih suka pecicilan, masih egois, masih lalalala lainnya. Ungg...

Entah sampai kapan gadis ini harus menunggu. Walau memang, jodoh, maut dan rezeki semuanya ada di tangan-Nya. Saya tidak pernah berhenti meminta doa dari yang Kuasa. Mungkin, sholat sunnahnya saja yang  perlu diperbanyak. Mengingat jodoh itu sama derajatnya dengan maut dan rezeki. =)

Ngomongin soal jodoh yee itu seperti berbicara pada telapak tangan sendiri. Tidak butuh jawaban melalui verbal, tetapi selalu melalui tindakan. Apa ya hubungannya. Gak tau. : |a

Yah, pokoknya begitulah. Bzzt. Pffft. Lalalalalalala~ ngek.

Seyogyanya, dan sesuai intuisi kita sebagai wanita (kaum Hawa), proses menunggu adalah hal yang paling normal. Tinggal entah dengan cara yang bagaimana 'ia' akan didatangkan oleh Sang Kuasa. InsyaAllah. =)


 drew on I-pad in RKF lecture room. March, 28th 2012.

Besties

Jumat, 16 Maret 2012

Good evening, fellas!

Saya teringat dengan sebuah foto lama di akun fb. Sekitar tahun 2008--kurang lebih empat tahun yang lalu. Di foto itu saya tampak berjejeran dengan teman-teman foreigner dari Asia. Sempat saya terkaget dengan foto itu. Kagetnya baru terasa sekarang. Karena, dulu saya pernah bermimpi untuk dapat menginjak tanah Nihon. Tau-tau, mimpi itu terwujudkan dalam cara yang tak disangka-sangka. Gratis pula. Tapi, saya ke sana bukan untuk tujuan wisata dan senang-senang. Ada tanggung jawab yang mesti saya pikul bersama ketiga rekan lainnya.

Ah, it's all 'bout past. Senang saat bisa mengingatnya kembali. =)

Besties. Teman jalan, teman nebeng, teman di saat susah dan senang. Yap. Prakiraan saya seperti itu. But it could be much much more than just those words. Besties ibaratnya kayu penopang untuk sebuah rumah yang sudah kokoh, namun terkadang rumah itu bisa mengalami penuaan oleh usia. Ia akan rapuh bersama pilar-pilarnya, tetapi dengan adanya penopang itu, sang rumah dapat berdiri dalam jangka waktu lama. Sama seperti Kazoku (keluarga).

Mungkin besties bisa digambarkan dengan banyak bahasa. Well, saya kurang capable dalam pendeskripsian sesuatu hingga ke taraf paling holistik. Teman, sahabat, rekan, kenalan, sobat, dan apapun namanya itu mungkin disimbolkan sebagai hubungan bak simbiosis mutualisme. Saling menguntungkan satu sama lain. But, I denied that statement. Saya kurang setuju. Meski, pada dasarnya selalu dipengaruhi dengan kondisi seperti itu, still kita memiliki sesuatu yang jauh lebih lebih lebih mutlak kendati memikirkan apakah saya harus menolong dia karna dia bahkan tak pernah menolong saya. Itu tergantung masing-masing pihak, tentu saja.

Teman itu apa? Sahabat itu apa? Kawan itu apa?

Bagi saya, teman adalah wadah untuk menampung jiwa homo homini lupus kita. Ah, kalau kata-kata saya salah, mohon dimaafkan. Kita manusia, bukan? Itu dulu pertanyaannya. Masalahnya adalah apakah kita memercayai keberadaan teman-teman kita itu? Mari kembali ke diri kita lagi.

Terkadang dan selalu, seseorang membutuhkan space untuk dirinya sendiri, tanpa orang lain berhak dan boleh memasuki apalagi mengusiknya. Saat kita menunjukkan, okay I'm done with this shit things and I wanna be alone; siapapun yang 'mungkin' peduli pada kita akan menanggapi dan mempertanyakan hal itu. Dan, ada beberapa orang yang akan menjawab dengan nada yang begitu dingin karena merespon dengan hal yang penuh keceriaan pun, ia tak bisa. She's tottally messed up and needs her own space.

Dan, itulah saya.

Kembali pada arti besties. Apa itu besties? Ya, besties adalah tempat canda dan tawa kalian. =)

Ilustrasinya mudah kok.

---
with love and passion, let me hold your fragile hands. together, we'll make a good friendship

Everybody Lives in a Jar of Fireflies

Selasa, 06 Maret 2012

Pertama, sebelumnya saya gak ada niat apapun buat ngisi blog ini lagi sekarang. Sejam yang lalu, saya inget waktu di kampus liatin lepi temen yang dia-nya lagi ngapdet blog komunitasnya. Yah, saya jadi tersentil gitu. Bukan sih. Cuman ya, ini blog udah aus deh gak pernah diisi lagi dengan apa kek. Gambar gitu setidaknya. Haha.

Dua puluh menit yang lalu, ceritanya saya pengen ngaplod gambar yang hanya ada di hape. Pengen di-blutut ke lepi. Tapi, batre hape lagi kendor. Habis. Pas mau dicolok ke charger-nya, ternyata ada tiga sms yang masuk. Betapa saya syok melihat sms yang ke-dua.

"Ni, Prof Razak Datu meninggal."

Prof. dr. H. Razak Datu, Ph.D adalah guru besar departemen Anatomi, FK UH, turut juga memegang peran sebagai Dekan FK UMI. Bukan itu yang saya jadikan poin penting. Beliau adalah Penasehat Akademik saya selama tiga tahun berada di FK UH ini. Demi apapun juga, tanpa beliau, saya gak bisa selamat dari pengurusan KRS setiap semesternya. Beliau adalah sosok yang sangat baik dan penyabar. Saya tahu betul sifat beliau yang satu itu. Dari tutur kata dan cara bicaranya yang pelan dan baik, terlihat jelas beliau adalah sosok dokter yang menyenangkan.

Saya syok. Syok! Ya Allah.

Saya terakhir bertemu dengan beliau enam hari yang lalu demi meminta tanda tangan untuk surat rekomendasi pengurusan beasiswa dari pemerintah Jepang. Saya bahkan membolos kuliah dan pergi menuju ruang Dekan FK UMI karena saya lupa bilang sehari sebelumnya saat membuat janji kalau besoknya saya ada kuliah jam segitu. Tak lama setelah tiba FK UMI, saya menunggu hingga urusan beliau selesai. Betapa saya tak melihat satu tanda pun di wajahnya bila saat itu akan menjadi waktu terakhir saya bertemu dengan beliau. Innalillahi wa inailaihi rojiun.

Nyawa memang bukan lah milik kita. Hanya milik-Nya. Dan, akan selalu kembali pada-Nya. Tergantung bagaimana kita menyikapinya sebagai yang ditinggalkan.

Bagaimana pun caranya, kematian itu pasti akan menyapa kita dengan beragam cara yang tak bisa kita prediksikan. Sama seperti beliau.

Beliau meninggal saat sedang dalam keadaaan melaksanakan ibadah Umroh di Tanah Suci. Subhanallah. 

--
 
Dunia itu sempit, selebar daun kelor kata pepatah. Kita mungkin menemukan orang yang sama dalam waktu yang sama, namun tempat yang berbeda. Oleh karenanya, judul entri hari ini dan sebagai jurnal pembuka di bulan ketiga tahun 2012 adalah... jreng jreng jreng! Baca aja sendiri. *dor*

Yaiiy! Lama sudah blog ini saya telantarkan selama kurang lebih tiga bulan mengingat mood menulis benar-benar drop. Pasca ujian OSCE, blok, praktikum, dan pengurusan KRS baru di semester terakhir untuk mahasiswa pre-klinik FK UH. T^T Well, sebentar lagi, masing-masing dari kami akan memulai meniti hidup yang baru di dunia perklinikan yang umm you know kinda harsh. Haha. Penempaan yang tepat agar kami dapat menjadi dokter seutuhnya. Amin.

Oh ya, hari ini, tepat tanggal 6 Maret 2012, saya memulai hari dengan bangun tidur, cuci muka, gosok gigi--heleh--sorry. Yah, rutinitas dan panggilan alam, bukan. Berangkat ke kampus 07.30 WITA oleh karena hujan yang kian menderas. Fiuuh. Lagian, dosennya juga telat. Selama kuliah pula, saya cuma ber-hoah-hoah (ngantuk maksudnya. :p) Semalam tidur cuma lima jam. Itu normal sih bagi mahasiswa seperti kami, tetapi yaa tubuh benar-benar exhausted! Gak tau kenapa. Dehidrasi kali ya. Padahal hawa lingkungan lagi drop kok, dehidrasi dari mana ya. Yap, begitulah pokoknya. Setelah istirahat makan siang, dilanjutkan ibadah, et cetera et cetera. Seperti biasa, ruang kuliah akan ribut di jam-jam kosong. Masalahnya ialah, pasca kuliah pertama selepas ISHOMA, dosennya datang telaaat banget. Telat dua jam deh. =w=

Akhir kata, yang saya lakukan kalau bukan ngulik-ngulik tas dan buka-buka catetan kuliah, paling maen Fruit Ninja sama Uno di I-pad-nya Dina (temen samping duduk). Kalau udah bosan, yang terjadi adalah teroret teroret~ 

 
Gak tau ya ini wajahnya siapa. Saya sukanya gambar random gitu. Kertas di buku catetan kuliah paling belakang udah jadi korban keusilan tangan saya yang bete. Haha. Gambar gambar gambar~
Awalnya sih pengen gambar Shion (red: No.6), tapi gak ingat persis style rambutnya kayak gimana. Akhirnya yang jadi cuma ini deh. LOL


I dunno who the girl above is. Maybe... me? *dor*

Ah, Dina juga bagi-bagiin permen Turkish Delight

---

Life, please be my friend.
Death, please be the reminder. Alarm for Life.
The reminder when God wants us back to our very existence. 

Diberdayakan oleh Blogger.