Hai kawanku, apakah kamu baik-baik saja di 'sana'? Ya, maksudku, di rumah barumu. Apakah... Apakah engkau memasang cukup banyak penerangan di dalam sana? Aku tahu, kau sangat benci dengan gelap. Oleh karenanya, aku kembali bertanya, apakah sinar kedamaian tengah menerangi lapang pandangmu? Sekelilingmu?
Awalnya, kita hanya teman kelas biasa. Mejamu tepat berada di belakangku. Aku mendengar suaramu tuk pertama kalinya tepat dari arah sana. Kau bilang kau sangat suka dengan gambar-gambar hasil buah tanganku. Mungkin hanya sketsa manga yang abal, tetapi kau tetap memujinya dan hal itulah yang sangat kusukai dari dirimu. Saat memasuki kelas untuk pertama kalinya, aku merasa asing dengan semuanya. Teman, guru, apalagi yang namanya anak lelaki. Semuanya terlihat begitu blur di mataku. Tapi, kau datang dan menceritakan sebuah kisah bahwa 'kita berteman'. Hanya itu. Tapi, aku bisa menyimpulkan...
Kau begitu menyukai manga. Haha. Begitu pula denganku.
Makanya, sejak saat itu, aku terus menggambar meski anak lelaki di kelas kita selalu menertawai aktivitasku di kala jam istirahat itu. Yah, kubilang aku biarkan saja. Tapi, lagi-lagi, kau di sana, menunggu. Ya. Menunggu hingga aku selesai menggambar. AKu masih ingat gambar pertamaku itu.
Gambar seorang gadis yang memakai kaus oblong bertuliskan 'cherry'.
Kau ingat kan? Kau selalu berupaya memaksaku tuk memanggilmu dengan nama cherry. Awalnya aku hanya mendengus dan bergumam nama itu sangat-tidak cocok sekali bila kusebutkan ke dirimu. Tapi, kau tetap bersikukuh. Dan alhasil, aku memanggilmu dengan cherry. Ismi the cherry...
Kita berpisah untuk waktu yang lama karena aku dipindahkan ke kelas II-A. Sejak saat itulah, kita jarang berkomunikasi lagi. Tapi untungnya, aku masih sering melihatmu berkeliaran di sekolah. Kau suka sekali tertawa meski menurutku belum bisa membuat selera humorku bertambah. Hihi. Maafkan aku.
Namun, segalanya berubah saat facebook tercipta. Kita kembali berkomunikasi melalui situs pertemanan itu. Dan kau tahu, betapa terkejutnya aku saat kau mengatakan bahwa kau begitu dekat dengan orang 'itu'. Ya. 'Orang itu'. Orang yang notabenenya adalah orang yang sangat-sangat-sangat dekat dengan 'orang itu ke-dua'. Err--sepertinya, aku harus mem-blur-kan siapa 'orang itu' dan 'orang itu ke-dua' sebab kau memintaku tuk merahasiakannya. Ya. Jangan khawatir, aku tidak mengatakannya pada 'orang itu ke-dua' kok. :)
Pagi ini. Bukan. Sejak malam Jumat, tertanggal 04 Desember 2010, dadaku menjadi sesak. Rasanya seperti dihujani beribu ton paku. Biasanya, saat aku merasakan hal itu, akan ada sesuatu yang terjadi. Aku pun mulai memikirkan dan menilik satu-satu hal yang mungkin akan membuatku kelabakan. Dan, sebenarnya tak ada hal satu pun yang buruk terjadi padaku. Hanya saja, perasaan itu semakin menjadi-jadi hingga pagi ini, tertanggal 07 Desember 2010. Dan kau tahu itu apa?
One message from Ria.
'Oni, sudah tau kalau Ismi meninggal?'
Aku menangis...
...lirih dalam diam.
Kau bilang kau memang pernah mengalami pengobatan selama hampir setengah tahun ketika kita chatting berbulan-bulan lalu. Tapi, saat kutanya kau sakit apa, kau menjawab tidak tahu.
Lalu, setelah sembuh, kau bilang kau mau mengajakku tuk mengunjungi Trans Studio bersama. Tapi, tidak jadi. Mungkin aku egois dengan mengatakan bahwa aku sibuk. Tapi...
Apa rumahmu cukup terang, cherry?
Aku akan selalu mendoakanmu dalam diam. Di tiap sholatku... aku menangis lirih.
Good bye, cherry.
Good bye, Ismi...
Let me pray for your eternity life in your new home...
Light for Eternity (Ismi the Cherry)
Selasa, 07 Desember 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Diberdayakan oleh Blogger.
2 komentar:
wahhh...wahhh...
innalilahi waainnailaihi rojiunn
ony yang sabar yaaaa
semoga si "cherry" tenang d sisi-Nya
Iya. Makasih emil. :)
Posting Komentar